Peristiwa maha
dhasyat ini dialami Rasulullah SAW disaat jiwanya berada pada titik nadir, saat
kepedihan menerkanya bertubi-tubi. Paman tercinta Abu Tahlib, sosok yang
dihormati kaum Qurais dan pelindung dakwah Rasulullah SAW dari ancaman kaum Qurais meninggal dunia.
Beberapa waktu kemudian sang istri tercinta tempat ia berkeluh kesah atau hirah
wanita suci yang menyerahkan seluruh jiwa dan hartanya yang melimpah untuk perjuangan dakwah islam yakni Khadizah binti
Khuwailid RA meninggal dunia.
Dua sandaran
Rasulullah SAW telah tiada. Rasulullah makin dilecehkan kaumnya, maka
Rasulullah berangkat keluar Mekah berharap ada orang-orang diluar sana yang
sudi menerima dakwahnya dan mau melindungi dirinya dari musuh-musuhnya, maka
Rasulullah pun masuk daerah Thaif. Namun kenyataanya jauh dari harapan,
Rasulullah disambut dengan lemparan batu penduduk Thaif. Bahkan anak-anak pun
turut melemparinya hingga Rasulullah SAW terluka parah.
Hanya ditemani oleh
Za’id bin Harisah, Rasulullah kemudian berjalan tanpa arah sambil menggenggam
kesedihan dan kepedihan. Sebuah riwayat
bahkan menyebutkan bahwa Rasulullah kala itu berjalan seperti tak sadarkan
diri. Sebagai manusia, Rasulullah SAW nyaris putus asa. Kondisi Rasulullah SAW
benar-benar berada pada titik nadir. Benar-benar membutuhkan motivasi yang jauh
lebih besar dan lebih tinggi untuk melanjutkan misinya mengemban risalan Allah
SWT. Saat itulah Allah SWT menghiburnya dengan hiburan yang tak
tanggung-tanggung. Allah SWT memperjalankan Rasulullah SAW dari Mekah menuju
Masjid Al Aqsa, kiblat pertama kaum muslim di Palestina.
Dipertemukan dengan
para nabi dan menjadi Imam shalat para nabi inilah perjalanan Isra. Allah SWT
berfirman:
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami
berkahi sekelilingnya agar Kami perliahtkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Israa’: 1)
Perjalanan pun
berlanjut menuju angkasa menembus langit bertemu dengan para penduduk langit
menyaksikan para ibadahanya para penduduk langit. Dipertemukan dengan
Rasul-Rasul Allah terdahulu sehingga mendapatkan kekuatan motivasi suport dari
para Rasul hingga perjalanannhya berakhir di Sidratul Muntaha (di langit ke
tujuh. Melihat surga dan neraka dan akhirnya bertemu Allah SWT. mendapat solat
lima waktu.
Inilah bekal utama
yang diberikan Allah SWT. Rasulullah SAW tidak perlu lagi berlindung di bawah lindungan
pamannya Abu thalib atau kasih sayang sang istri Khadizah RA. Disinilah Allah
SWT menempa Rasulullah SAW atas berdiri di atas kaki sendiri dan hanya
menyandarkan segala perjuangan dan segala keluh kesahnya kepada Dzat Yang Maha
Agung hanya Allah SWT. Inilah perjalanan
Isra dan Mi’raj yang menurut riwayat yang mashur terjadi pada tanggal 27 Rajab
tahun 10 kenabian.
Perjalanan Isra’
Mi’raj bukan perjalanan biasa, butuh persiapan fisik dan jiwa yang sempurna.
Maka sebelum diberangkatkan, malam itu nabi Muhammad SAW. berada di hijir
Ismail dekat Ka’bah Al Musarofah. Saat itu beliau berbaring diantara paman
beliau Hamzah bin Abdul Muthalib dan sepupunya Zafar bin Abi Thalib. Tiba-tiba
Jibril, Mika’il dan Israfil menghampiri beliau, lalu membawa beliau ke arah
sumur zam-zam. Di sumur zam-zam itu para malaikat merebahkan tubuh Rasulullah
SAW. Lalu Malaikat Jibril membelah dada Rasulullah sampai di bawah perut.
Malaikat Jibril berkata kepada Mika’il, “ambilkan nampan dengan air zam-zam
agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya.”
Malaikat Jibril
mengeluarkan hati Rasulullah SAW lalu menyucinya 3 kali. Kemudian didatangkan
satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan lalu dituangkan ke dalam hati
beliau, maka penuhlah hati itu dengan
kesabaran, keyakinan, ilmu, dan kepasrahan penuh kepada Allah SWT. kemudian
ditutup kembali oleh Malaikat Jibril. Maka perjalanan Rasulullah pun dimulai .