Sebelum
kehancurannya, Pompei adalah kota yang hidup. Terletak di selatan kota Italia,
Pompei merupakan kebanggan Romawi. Karena pemandangan alamnya yang indah serta
tanah yang subur. Secara geografis, Pompei terletak berdekatan dengan Napoli
dan kepulauan Kapri yang merupakan dua kota dipinggir pantai yang cukup indah.
Keindahan Pompei
juga didukung dengan keberadaan gunung Vesuvius yang menjulang setinggi 1281
mdpl. Pompei didirikan sekitar abad 6 SM oleh bangsa oskan yang sebelumnya mendiami
Italia tengah. Pompei digunakan sebagai pelabuhan yang aman oleh bangsa Yunani.
Kerjasama kedua bangsa ini dilanjutkan ketika Pompei terancam serangan bangsa
Etruskan. Pompei dan Yunani berhasil menyelamatkan kota bahkan merebut kota
Napoli. Pompei kerap terlibat dalam peperangan, namun pada tahun 89 SM Pompei
berhasil dikepung jenderal Romawi yaitu Lucius Cornelius Sulla. Akibatnya,
pompei menjadi koloni Roma.
Pada masa
pemerintahan Otavianus Augustus, Pompei mengalami pembangunan inprastruktural
besar-besaran. Berbagai bangunan megah menghiasi kota. Kemewahan kota juga
terlihat dari banyaknya rumah dan tempat peristirahatan dengan arsitektur yang
menawan.
Pompei juga sangat
tersohor karena memiliki arena pertarungan gladiator terbesar kedua setelah
kolosium di kota Roma. Kemajuan dan keindahannya membuat Pompei menjadi
destinasi wisata. Berbagai tempat dan sarana hiburan mulai bermunculan terutama
rumah bordil yang tumbuh pesat di berbagai penjuru kota. Perlahan Pompei
berubah menjadi kota maksiat. Hubungan intim bukan muhrim menjadi hal yang umum
bahkan hubungan sesama jenis menjamur di kota ini.
Sistem perbudakan
mulai berlaku. Kaum bangsawan kerap memaksa mereka menjadi pemuas nafsu dan
obyek prilaku homoseksual mereka. Yang lebih mengerikan lagi, mereka mempunyai
kebiasaan mempertontonkan hubungan intim secara terbuka. Peringatan dari Sang
Pemilik Kehidupan juga sudah diberikan. Getaran gempa kecil mulai sering
terjadi, bahkan sering dianggap biasa oleh masyarakt Pompei.
Pada tanggal 6 Mei
62 Pompei dilanda gempa hebat yang menimbulkan kerusakan besar bagi kota
Pompei. Ditahun berikutnya, gempa besar
kembali terjadi bahkan getarannya sampai Napoli.
Allah SWT
berfirman:
“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota sebelum
Dia mengutus di ibukota itu seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat kepada
mereka, dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota kecuali penduduknya
dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS. Al Qashash:
59)
Peringatan telah
diberikan tetapi masyarakat Pompei tidak menghiraukannya. Kemaksiatan terus
berjalan dan semakin parah. Pada awal Agustus tahun 79, mata air dan sumur
mulai mengering. Pada 20 Agustus, getaran kecil kembali terjadi bahkan semakin
sering pada 4 hari berikutnya. Sore harinya gunung Vesuvius meletus dan
meluapkan kemarahan Sang pencipta.
Saksi mata yang
tercatat sejarah adalah Linius muda seorang pencatat sejarah asal Italia.
Linius melihat dari jarak 35 km, awan gelap besar berbentuk pohon pinus muncul
dari mulut gunung. tak lama kemudian, awan panas mulai menuruni lereng-lereng
gunung dan menutupi segala sesuatu yang disekitarnya. Abu dan lahar dari gunung
Vesuvius menimbun kota Pompei dan segala isinya. Menyebabkan kota ini hilang
selama 1600 tahun sebelum akhirnya ditemukan kembali secara tidak sengaja.
Ketika ditemukan
kembali, aktivitas yang dilakukan penduduk dan segala peninggalannya masih sama
seperti ketika bencana terjadi. Subhanallah, bencana yang menimpa Pompei memang
sengaja dijadikan Allah SWT menjadi contoh bagi manusia setelahnya. Kisah
penghancuran Pompei serupa dengan berbagai peristiwa azab yang dijelaskan dalam
Al quran.
Allah SWT
berfirman:
Dan jika Kami membinasakan suatu negeri, maka Kami
perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati
Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah
sepantasnya berlaku terhadapnya
perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya.” (QS. Al Israa’:16)